Rasulullah merasakan kesenangan dan ketenangan waktu Siti Khadijah menuntunnya ke tempat tidur, dia merindukan suaminya seperti yang dilakukan seorang ibu terhadap anak yang disayanginya. Ia menghibur suaminya dengan suara yang manis, seolah Khadijah menebarkan mimpi yang indah di pembaringannya. Ketika Rasulullah sedang tidur setelah ditemui malaikat Jibril yang pertama kali, Siti Khadijah menatapnya dengan hati penuh kasih sayang dan harapan. Dan mulai saat itu juga Khadijah telah menyiapkan dirinya akan suatu kehidupan baru yang harus dia jalani bersama Rasulullah, setelah suaminya bangun nanti. Khadijah menyadari betul bahwa suaminya adalah nabinya, utusan Allah yang mengemban risalah untuk disampaikan kepada umat.
Tetapi, sungguh pun begitu, Siti Khadijah juga diliputi perasaan khawatir menghadapi masa yang akan datang, ia khawatir sekali akan nasib suaminya itu. Khadijah membayangkan dalam hatinya apa yang diceritakan oleh Rasulullah kepadanya.
Kemudian, Khadijah meninggalkan suaminya yang sedang tidur, untuk pergi menemui Waraqah bin Naufal, sepupunya. Ia menceritakan apa yang dikatakan suaminya kepadanya. Setelah mendengarkan cerita Khadijah, Waraqah menjelaskan tentang kenabiannya sebagaimana nabi Musa, Isa, dan Nuh.
Siti Khadijah pulang. Dilihatnya Rasulullah masih tertidur. Dipandangnya suaminya itu dengan penuh kasih dan keikhlasan, bercampur harap dan cemas. Dalam tidurnya itu, ia melihat suaminya menggigil, nafasnya tersenggal-senggal, dan keringat membasahi wajahnya. Tiba-tiba saja Rasulullah terbangun dari tidurnya.
Dengan menyembunyikan keterkejutannya, Siti Khadijah memandangi suaminya dengan rasa kasih yang lebih besar. Didekatinya, diusapnya keringat suaminya itu perlahan-lahan seraya dimintanya supaya kembali tidur dan beristirahat.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Siti Khadijah selalu mendampingi Rasulullah di saat suka maupun duka dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ia selalu mencurahkan kasih sayangnya di saat Rasulullah gelisah, menolong Rasulullah di waktu-waktu sulit, dan ikut merasakan penderitaan yang pahit. Seorang istri yang baik apabila dipandang suaminya dapat memberikan kebahagiaan dan ketika suaminya bepergian ia menjaga dirinya dan hartanya. Sesungguhnya apabila seorang suami menatap istrinya dan istrinya membalas pandangan dengan penuh cinta dan kasih sayang maka semua itu akan memberikan ketenangan dan ketentraman bagi suami.
Sumber:
Arief, Nurhaeni. Engkau Bidadari Para Penghuni Surga, Kisah Teladan Wanita Saleha. Kafila: Yogyakarta: 2008
Taman, Muslich. Pesona Dua Ummul Mukminin, Teladan Terbaik Menjadi Wanita Sukses dan Mulia. Pustaka Al-Kautsar: Jakarta. 2008
asy-Syathi’, Aisyah Abdurrahman. Nisa’ an-Nabiy Alaihi ash-Shalatu wa as-Salam. Zaki Alkaf (terj.). Pustaka Hidayah: Bandung. 2001
nunu
26 Mei 2011 at 2:07 am
Assalamu Alaikum
Izin share pak
Nie Al-Murobbiyah
20 Oktober 2011 at 3:10 pm
ijin share ya??
imron fauzi
21 Oktober 2011 at 2:59 am
silahkan, tapi sebaiknya sertakan juga link ini… syukron.
Sismita Anggelina
29 Agustus 2017 at 11:05 pm
Ijin share pak. Semoga ilmunya tambah bermanfaat.