Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata, “Suatu saat dalam keadaan lapar haid aku minum lalu memberikan gelasnya kepada Rasulullah. Beliau minum dengan mulutnya pada bekas mulutku. Dilain waktu dan dalam keadaan haid pula aku menggigit daging yang bertulang, lalu aku berikan sisanya kepada Rasulullah dan beliau menggigitnya di tempat bekas gigitanku.” (HR. Muslim).
Diriwayatkan juga dari Aisyah, ia berkata, “Aku mandi bersama Rasulullah dari satu ember dalam keadaan junub, dan kami saling mengambil air dengan gayung. Beliau sering mendahuluiku mengambil air sehingga aku berkata, ‘Biarkan sisa air ini untukku’.” (HR. Bukhari Muslim).
Rasulullah juga sering memakai wangi-wangian untuk istri-istri beliau. Hal ini diterangkan dalam hadits. “Aisyah ditanya, apabila Rasulullah naik ke tempat tidur dengan apa beliau memulainya? Ia menjawab, ‘Dengan bersiwak (menggosok gigi)’.” (HR. Muslim).
Diriwayatkan juga dari Aisyah, ia berkata, “Rasulullah mempunyai tempat minyak wangi yang beliau gunakan untuk harum-haruman.” (HR. Abu Daud).
Aisyah berkata, “Rasulullah selalu membantu pekerjaan rumah tangganya. Dan bila tiba waktu shalat beliau pergi untuk shalat.” (HR. Bukhari).
Mungkin ada yang bertanya, kenapa contoh-contoh tersebut hanya berkaitan dengan Aisyah saja. Atau mungkin ada yang mengira bahwa Rasulullah tidak adil atau ‘pilih kasih’ terhadap istri-istrinya. Segera hilangkan prasangka seperti itu! karena kita tahu tentang kecerdasan otak yang dianugerahkan Allah kepada Aisyah. Selain ia berwawasan luas, ia juga dapat hafal dan merekam semua perkataan Rasulullah. Jadi, tidak aneh lagi kalau hadits-hadits dan contoh-contoh banyak yang berkaitan dengan Aisyah, tetapi sungguh sikap Rasulullah itu berlaku untuk semua istri Rasulullah.
Rasulullah adalah seorang suami yang selalu menyenangkan istri-istrinya dengan berbagai macam cara, baik dari segi sikap maupun tutur kata beliau. Kalau kita pahami kembali, bahwa Rasulullah menikah dengan Aisyah, ketika itu beliau berusia sekitar 50 tahun. Coba kalau kita, telah lama menikah dan telah berusia 50 tahun, apa kita masih bisa bersenda gurau seperti muda ketika kita pacaran dulu? Tetapi dalam usia itu, sikap Rasulullah terhadap istri-istrinya masih seperti muda lagi, masih mau bersenda gurau dengan istrinya, masih bermain-main untuk menyenangkan istrinya, dan perkataan Rasulullah selalu benar.
Subhanallah… Maha Suci Allah.
Sumber:
Al Khasyt, Muhammad Utsman. 1993. Sulitnya Berumah Tangga. Gema Insani Press. Jakarta